Pemberantasan Korupsi Melalui Perubahan Lingkungan Kehidupan Manusia Indonesia (Artikel 5)
ELIT BANGSA SUDAH MENJADI EMBISIL
Kita lihat bahwa daya rusak KKN ditinjau dari sudut kebendaan sudah sangat dahsyat, karena pikirannya yang sudah tidak waras. Pikiran yang sudah menjadi tidak waras kecuali dipakai untuk merusak diri sendiri, lambat laun menjadikan manusianya itu sendiri menjadi embisil.
Lambat laun akan membuat daya pikir dan cita rasa sangat aneh. Kecerdasan otak, perasaan, cita rasa dan emosi positif yang membedakan manusia dari binatang lambat laun juga pudar. Tentu tidak menjadi musnah sama sekali sehingga mereka hanya hidup dari insting seperti halnya dengan binatang. Mereka tetap pandai dan tetap mempunyai emosi, tetapi dipakai untuk hal-hal yang merusak lingkungannya dan merusak martabatnya sendiri sebagai manusia. Logikanya terbalik-balik, tetapi masih cerdas yang sekarang kecerdasannya dipakai untuk pembenaran terhadap pikirannya yang terbalik-balik. Emosi dan citarasanya juga mulai kacau balau. Insting kebinatangannya lebih menonjol karena mereka sudah tidak lagi mempunyai perasaan iba dan tidak lagi mempunyai rasa belas kasihan terhadap sesama manusia. Lebih hebat lagi, mereka tidak lagi takut terhadap Tuhan. Dalam kondisi dan timing yang dianggapnya cocok, mereka menggunakan agama sebagai tameng. Mereka mendadak dibaptis dan menjadi pengunjung gereja yang setia. Mereka bahkan berkhotbah dan memberikan kesaksian. Demikian meyakinkannya, sehingga sulit dibayangkan bahwa mereka sedang berbohong kepada Tuhan. Pada tahapan yang sudah seperti ini, dia memang tidak berbohong. Virus KKN sudah merasuk ke dalam otak dan emosinya, sehingga dia sudah menderita penyakit jiwa yang dinamakan make believe. Mereka berfantasi, dan lambat laun percaya bahwa fantasinya adalah fakta. Mereka berfantasi bahwa mereka dibolehkan oleh Tuhan untuk ber-KKN asalkan tetap ke gereja dan semakin fanatik, semakin boleh melakukan apa saja.
Kita menyaksikan demikian banyaknya konglomerat jahat yang mendadak menjadi pemeluk agama yang demikian fanatiknya. Maka kita juga mendengar komentar dari banyak sekali orang yang masih lebih normal dan sama-sama pemeluk agama yang sama. Mereka mengatakan bahwa para konglomerat jahat yang begitu religius dan setiap hari Minggu memberikan kesaksian berbohong tujuh kali seminggu. Hari Senin sampai dengan hari Sabtu berbohong kepada sesama manusia dalam melakukan KKN-nya. Pada hari Minggu di gereja, ketika memberikan kesaksian mereka juga berbohong, tetapi kali ini kepada Tuhan dan dilakukan di rumah Tuhan.
Pada tahapan yang paling akhir dan sangat mengkhawatirkan, ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bangku sekolah yang sekian lamanya dan hanya dapat diperoleh dengan otak yang cerdas dipakai untuk hal-hal yang sudah tidak dapat dimengerti dan tidak dapat dipahami oleh logika yang paling elementer sekalipun. Pada tahapan ini mental yang korup sudah tidak ada hubungannya lagi dengan kepentingan kebendaan. Contohnya adalah demikian banyaknya ucapan dari elit bangsa yang begitu bertentangan dengan nalar yang paling mendasar. Saya dapat menyebutnya banyak fakta secara eksplisit, baik yang diucapkan di mana-mana sampai sekarang maupun yang mengucapkannya. Tetapi itu tidak akan saya lakukan, karena hanya akan menyakitkan hati orang lain dan menanam benih kebencian.
Sebagai ilustrasi supaya tidak ada orang Indonesia yang sakit hati, saya ingin mengambil contoh Nazi Jerman di bawah Hitler. Bayangkan, bagaimana mungkin orang-orang yang demikian tinggi pendidikannya menggunakan ilmu pengetahuan yang dikuasainya untuk menemukan cara-cara membunuh jutaan orang Jahudi secara efisien. Setelah itu bagaimana caranya menggunakan mayat-mayatnya sebagai bahan baku untuk membuat barang-barang konsumsi. Rambutnya dijadikan selimut. Tulangnya dijadikan kancing dan kulitnya dijadikan kap lampu. Manusia yang masih hidup dijadikan kelinci percobaan di dunia kedokteran. Tulang sengaja dipatah untuk kemudian dioperasi sebagai latihan. Dan masih banyak lagi.
Contoh yang paling akhir dan sekarang masih berlangsung adalah bentuk corrupted mind dalam bidang keuangan yang sekarang berlangsung. Bagaimana dapat dijelaskan bahwa orang-orang terpandai yang berkecimpung di Wall Street dan Investment Banks serta Hedge Funds dengan nama-nama besar melakukan apa yang dinamakan sliced and diced, yang sebenarnya adalah penggelembungan nilai untuk kepentingan diri sendiri.
Contoh ini saya ambil karena paling kontemporer dan paling dahsyat. Tetapi kalau kita pelajari sejarah umat manusia, banyak sekali raja-raja dan kaisar-kaisar yang melakukan hal-hal yang tidak dapat dibayangkan, apalagi dicerna oleh manusia yang masih normal. Toh ditopang oleh orang-orang yang paling pandai di negerinya. Contohnya adalah China. Ribuan tahun yang lalu, selama berabad-abad, walaupun sangat feodal, banyak raja-raja dan kaisar-kaisar China yang merekrut para pejabat tingginya melalui ujian yang sangat demokratik. Siapapun boleh ikut ujian menjadi pejabat sangat tinggi bahkan tertinggi kecuali sang raja atau sang kaisar. Dapat dibayangkan betapa pandainya mereka. Toh mereka mati-matian merebut kedudukan untuk menjadi bawahannya raja dan kaisar yang perasaan dan perilakunya sudah tidak ada bedanya dengan hewan. Ada kaisar wanita yang setiap pagi minta disediakan ratusan macam hidangan oleh para pembantu rumah tangga dalam antrean panjang untuk sarapan. Setiap macam hidangan diperlihatkan sang kaisar agar dia bisa memilih mana yang mau dimakan dan mana yang diberikan kepada para pembantunya, tetapi yang membawa piringnya tidak boleh melihat sang kaisar. Cukup sering terjadi bahwa mereka tidak dapat menahan keinginannya untuk melihat wajah sang kaisar, sehingga bagaikan refleks menengoknya. Dia langsung dihukum mati dengan memancung kepalanya. Tempat pemancungan disediakan secara khusus dalam kompleks istana. Bahwa sang kaisar begitu biadab sudah sangat parah. Tetapi yang lebih parah lagi adalah bahwa orang-orang terpandai mendukungnya dengan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai birokrat tingkat tinggi dan tertinggi.
Bagaimana dengan di Indonesia ? Tidak separah itu, tetapi sudah sangat mengkhawatirkan. Perasaan dan perilaku orang-orang terpandainya juga sudah mirip-mirip dengan elit bangsa yang sakit kalau kita mengacu pada sejarah bangs-bangsa lain, yaitu dianggap biasa saja bahwa mereka mendukung dan membantu siapa saja yang sedang berkuasa tanpa peduli kekuasaannya dipakai untuk apa. Itulah sebabnya mengapa KKN menjadi demikian hebat dan dahsyatnya seperti yang kita alami sekarang ini. Mereka mendukung kebijakan KKN selama berpuluh-puluh tahun. Tetapi ketika pimpinan berganti orang, merekapun mendekatkan dan melekatkan diri pada yang baru berkuasa dan berkuasanya karena justru berseberangan dengan segala kebengisan dan KKN yang hebat dari majikannya terdahulu, sehingga akhirnya tergusur oleh rakyat. Ketika pimpinan tertinggi mulai goyah, elit terpandai tetapi sudah sakit KKN jiwa raganya itu bagaikan kutu loncat melompat pada kekuasaan baru. Kekuasaan baru dimaksud untuk membuat koreksi terhadap segala sesuatu yang dianggap salah di masa lampau. Tetapi demikian pandai, canggih dan tanpa malu para kutu loncat itu. Dengan corrupted mindset-nya, pikiran dan praktek yang serba sesat dilanggengkan. Maka reformasi mati suri.
Logika juga sudah dibolak balik dengan pembelaan yang gigih dengan gaya menggebrak dengan dalil-dalil tanpa argumentasi. Banyak istilah-istilah terang-terangan diartikan lain. Utang yang terang-terangan utang disebut pendapatan untuk pembangunan. Pemberi utang yang mengenakan rente disebut donor. Anggaran yang terang-terangan defisit disebut berimbang. KKN dibenarkan, yang dibela dengan dalih bahwa karena hanya melalui KKN menjebol uang bank, maka industri-industri besar dapat tumbuh dan PDB meningkat terus. Maka semuanya justru yang sangat besar merugikannya dibebaskan dengan pemberian R&D. Pembelaan terhadap pemberian R&D tidak dapat dimengerti, karena lagi-lagi menggebrak tanpa argumentasi. Pejabat sangat tinggi dalam bidang penegakan hukum terang-terangan menawarkan trade off mau menghukum orang yang bersalah atau memperoleh kembali uang curiannya. Ketika ukuran besarnya utang luar negeri yang biasanya Debt Srvice Ratio (DSR) sudah melampaui batas, ukurannya diubah menjadi % dalam PDB. Tidak peduli apakah dengan ukuran yang mengakibatkan angka lebih rendah itu juga mengakibatkan penjadwalan utang tiga kali, dan harus utang terus. Menangkap orang tanpa bukti kuat dikatakan mengamankan. Menganiaya dikatakan mendidik, mendevaluasi mata uang dikatakan menyesuaikan nilainya; tidak peduli bahwa kalau diukur dengan purchasing power parity dengan devaluasi itu nilai rupiah menjadi sangat-sangat undervalued. IMF yang jelas sudah memporak-porandakan perekonomian kita dikatakan membuat ekonomi kita sekarang stabil. Ekonomi dengan sendirinya menjadi stabil setelah mengalami gejolak yang siklis. Yang menentukan adalah stabilnya pada tingkat yang normal ataukah pada tingkat yang rusak ? Tingkat suku bunga deposito yang memang menurun menjadi 12 % dikatakan bagus, sedangkan di negara-negara sekitar kita yang pada awal pembangunannya sama kondisi ekonominya, tingkat suku bunganya sekarang sekitar 4 % sampai 6 %. Bunga deposito dalam dollar AS sekitar 1,5 %. Inflasi sedikit di bawah 10 % dianggap bagus, sedangkan di negara-negara yang dianggap setara dengan kita antara 1 % sampai 3 %. Nilai tukar rupiah dianggap stabil, sedangkan dalam periode yang sama dengan Thailand rupiah turun dari Rp. 387 per dollar menjadi Rp. 11.000 dan Bath Thailand turun dari Baht 20 menjadi sedikit lebih dari Baht 40.
Konglomerat jahat yang sudah terang-terangan membenani APBN ribuan trilyun dikatakan harus diberi kepastian untuk berusaha lagi supaya ekonomi tumbuh lebih cepat. Bank-bank yang jelas disubsidi sangat besar sampai saat ini sudah mengucurkan kredit sangat besar kepada konglomerat jahat yang sama tetapi memakai nama orang lain. Perusahaan diterima sebagai pembayaran lunas utang konglomerat jahat, tetapi sampai saat ini masih dikelola oleh mereka sepenuhnya, dan nilainya merosot tajam. Terus dikatakan itu adalah biaya krisis yang harus ditanggung oleh rakyat pembayar pajak. Kalau ada yang memprotes dan berani membela kepentingan rakyat tak berdosa yang membayar pajak dimaki bahwa rakyat pembayar pajaknya tidak mengeluh. Yang mengatakan hal yang benar itu dimaki sebagai orang yang kalau ditelusuri tidak membayar pajak, hanya ingin mencari popularitas. BUMN harus diprivatisasi karena mesti rusaknya dan mesti ruginya. Tetapi Telkom sejak tahun 1996 disehatkan. Setelah sangat sehat diprivatisasi. Ketika ditanya mengapa dijual kepada swasta dijawab bahwa kalau tidak sehat tidak laku dijual. Jadi dikatakan rusak, merugi dan obatnya adalah penjualan kepada swasta. Tetapi ketika yang dijual jelas-jelas sangat sehat dikatakan kalau tidak sehat tidak laku dijual.
Kalau kita perhatikan semuanya ini, bukankah bangsa kita bukan saja sudah terjangkit KKN luar biasa, tetapi juga sudah sakit jiwa dan pikirannya? Apa simtom dari bangsa yang sakit? Ya itu tadi, yang ucapan, perbuatan, perilaku dan alur pikir dari banyak elit terpandai sudah tidak bisa lagi dimengerti oleh nalar dan tata nilai tentang baik dan buruk yang paling elementer sekalipun.
Kesemuanya ini menunjukkan betapa bangsa kita sudah sakit walaupun belum separah Nazi Jerman, China kuno dan beberapa dinasti kerajaan Eropa menjelang revolusi Perancis. Penyakit bangsa seperti ini bisa berlangsung sangat lama. Di China berdinasti-dinasti. Demikian pula dengan banyak raja-raja Eropa sebelum revolusi Perancis.
KESIMPULAN
Pemberantasan KKN harus diwujudkan secepatnya. Tidak melalui slogan-slogan, tetapi melalui konsep dan rencana tindak (action plan) yang konkret. Konsep yang kami kemukakan dalam tulisan ini dimaksud sebagai salah satu alternatif pikiran untuk mulai memberantas KKN secara konkret dan yang secara teknis memang dapat dilaksanakan.
Kerugian kebendaan yang diakibatkan oleh KKN buat bangsa kita luar biasa besarnya. Yang lebih menyedihkan, KKN terus berjalan yang semakin lama semakin hebat, dan sudah merambat ke dalam otak, budaya, gaya hidup, tata nilai yang membuat kita tidak mempunyai kepercayaan dan tidak mempunyai harga diri lagi.
GERAKAN NASIONAL KEMERDEKAAN KEDUA
Saya mengakhiri tulisan ini dengan paragraf yang berjudul “Gerakan Nasional Kemerdekaan Kedua.” Mengapa ? Karena seperti baru saja kita baca, KKN telah membuat kita tidak lagi mandiri dalam keuangan, pikiran dan dalam jiwa kita. Seluruh perjuangan kita untuk merdeka sudah menjadi mubasir kalau kita ukur dengan sampai di mana kita mempunyai kebebasan menentukan nasib bangsa kita sendiri.
Itulah sebabnya kita harus melengkapi kerja keras memberantas KKN dengan gerakan kemerdekaan kedua, karena kemerdekaan yang telah kita rebut dalam gerakan kemerdekaan pertama boleh dikatakan sudah sirna kalaupun tidak boleh dikatakan sudah hilang sama sekali.
Gerakan kemerdekaan kedua ini mengandung tekad dan kesiapan untuk mundur dalam tingkat hidup kita, tetapi juga mengurangi jumlah utang kita. Gerakan ini, seperti halnya gerakan kemerdekaan yang pertama membawa konsekuensi pengorbanan. Tetapi pengorbanannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pengorbanan dan penderitaan yang dialami oleh para pendiri bangsa kita beserta generasinya.
Kita sekarang memang jauh lebih makmur, tetapi semuanya dengan utang dan dengan pengurasan potensi apa saja untuk generasi sekarang. Dan lebih makmurnya itu hanya buat lapisan teratas dari bangsa kita. Bagian terbesar dari rakyat kita yang masih miskin tidak mengalami perbaikan nasib sejak zaman penjajahan. Alangkah dosanya dan tidak bertanggung jawabnya kita terhadap generasi mendatang !
Para tokoh dan pemimpin masyarakat yang masih terus menerus mempunyai hubungan dengan massanya hendaknya berkumpul bermusyawarah bersama. Namakanlah itu Kongres (atau Musyawarah) Nasional untuk Keselamatan Bangsa. Ini bukan organisasi, sehingga tidak mengganggu dan tidak menyaingi lembaga-lembaga formal yang ada seperti DPR, MPR, Pemerintah, DPA dan sebagainya. Bedanya dengan lembaga-lembaga formal yang ada, para tokoh yang bermusyawarah itu masih mempunyai kontak erat dengan massanya, sedangkan yang dibawa pada kekuasaan oleh rakyatnya sudah banyak yang tidak lagi membela kepentingan rakyat yang membawanya pada kekuasaan tersebut.
Gerakan Kemerdekaan Kedua tidak berarti anti asing. Kita akan tetap bergaul dengan masyarakat internasional, bersahabat dengan bangsa manapun juga. Tetapi pada derajat yang sama, tidak dengan tangan yang menadah!
sigit prabowo Desember 7th, 2012 13:16 pm
Pak Kwik, saya mengharapkan tulisan ilmiah anda tentang sejarah korupsi di indonesia, karena sejarawan kita cenderung kurang tertarik menulis sejarah dalam persprektif ekonomi. Kebanyakan hanya di tataran soci0-politiknya saja, padahal runtuhnya kerajaan di nusantara, ambruknya VOC, hingga keruntuhan dua rezim sebelum masa reformasi sekarang ini tidak lepas dari KKN yang melumpuhkan sebuah institusi kenegaraan..
Aeni Maret 24th, 2015 20:08 pm
lanjutkan pak