'

Kategori

Follow Us!

MENCARI HARGA BBM YANG PANTAS UNTUK RAKYAT INDONESIA

Seminar sehari tanggal 24 September 2014
di Kwik Kian Gie School of Business

Key Note Speech oleh Kwik Kian Gie

Untuk dapat menentukan berapa harga BBM yang pantas untuk rakyat Indonesia kita perlu sepaham dahulu bahwa yang diartikan dengan BBM yang akan kita bicarakan adalah bensin premium, karena hanya bensin premium saja yang dijadikan obyek perdebatan. Selanjutnya kita perlu sepaham juga tentang apa yang diartikan dengan “harga pokok”, dan apakah harga pokok sama dengan pengeluaran uang tunai ? Kalau yang diartikan dengan harga pokok bensin premium adalah uang tunai yang harus dikeluarkan untuk mengadakan bensin premium, apakah benar pemerintah memberikan subsidi yang juga dalam bentuk uang tunai yang harus dikeluarkan sehingga APBN jebol ?

Izinkanlah saya mulai dengan menganalogikan pengertian tentang kata “subsidi” dan hubungannya dengan keluar masuknya uang tunai dengan analogi kebun cabe sebagai berikut.

LOGIKA KEBUN CABE
Rakyat yang tidak berpendidikan tinggi dengan segera dapat menangkap konyolnya pikiran para elit kita dengan penjelasan sebagai berikut.

Rumah tempat tinggal keluarga pak Amad punya kebun kecil yang setiap harinya menghasilkan 1 kg. cabe. Keluarganya beserta para pembantunya cukup besar. Keluarga ini mengkonsumsi 1 kg. cabe setiap harinya.

Seperti kita ketahui, ketika itu kalau produksi cabe yang setiap harinya 1 kg. itu dijual, pak Amad akan mendapat uang sebesar Rp. 15.000 setiap harinya. Tetapi 1 kg. cabe itu dibutuhkan untuk konsumsi keluarganya sendiri.

Biaya dalam bentuk uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pak Amad untuk menyiram dan memberi pupuk sekedarnya setiap harinya Rp. 1.000.

Pak Amad setiap harinya ngomel, menggerutu mengatakan bahwa dia sangat sedih, karena harus mensubsidi keluarganya sebesar Rp. 15.000 per hari, karena harus memberi cabe hasil kebunnya kepada keluarganya, yang harganya di pasar Rp. 15.000 per kg

Akhirnya seluruh keluarga sepakat megumpulkan uang semampunya, (urunan) sebanyak Rp. 5.000 yang diberikan kepada pak Amad sebagai penggantian untuk cabenya yang tidak dijual di pasar. Pak Amad masih menggerutu, mengatakan bahwa dia memberi subsidi untuk cabe sebesar Rp. 10.000 setiap hari.

Lantas tidak hanya menggerutu, dia betreriak-teriak bahwa dompetnya akan jebol, karena uang tunai keluar terus sebanyak Rp. 10.000 setiap harinya. Dalam kenyataannya, dia keluar uang Rp. 1.000 dan memperoleh Rp. 5.000 setiap harinya. Jadi setiap hari kantongnya kemasukan uang tunai sebesar Rp. 4.000.

Akhirnya, pada suatu hari dia teriak bahwa kantongnya penuh dengan surat utang, karena setiap hari dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 4.000, sambil merogoh kantongnya untuk diperlihatkan. Yang keluar bukan surat utang, tetapi banyak uang tunai sebagai hasil akumulasi dari Rp. 4.000 setiap harinya.

Ketika saya menceriterakan ini, rakyat jelata yang minta penjelasan kepada saya mengatakan : “Iya pak, kok aneh ya, punya cabe di kebunnya sendiri, harganya meningkat tinggi kok sedih, ngamuk, mengatakan kantongnya jebol, uang mengalir keluar, padahal yang keluar hanya Rp. 1.000 per hari, dia memperoleh Rp. 5.000 per harinya.”

Boleh dikatakan semua orang beranggapan bahwa harga bensin premium yang sekarang Rp. 6.500 per liter itu mengakibatkan pemerintah merugi sangat besar, sehingga untuk pemakaian bensin premium pemerintah memberi subsidi kepada penggunanya dengan jumlah uang yang sangat besar pula.

Di dalam RAPBN-P tahun 2014 pada sisi Pengeluaran terdapat pos yang bernama “Subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg.” sebesar Rp. 284,99 trilyun. Inilah yang disebut dan dikemukakan dalam setiap pembicaraan tentang betapa keuangan negara kita dibebani luar biasa beratnya oleh pemberian subsidi kepada para pengguna bensin premium. Pada sisi Penerimaan terdapat pos “Pajak Penghasilan” dari Migas sebesar Rp. 80,57 trilyun dan pos “Penerimaan dari Minyak dan Gas Bumi” sebesar Rp. 195,95 trilyun. Jumlah Pemasukan dari Migas yang sebesar Rp. 276,52 trilyun ini tidak pernah dikemukakan, sedangkan kalau Pemasukan uang tunai dari Migas ini kita perhitungkan, Defisit uang tunai yang disebabkan dari Bensin premium dan LPG tabung 3 kilogram yalah Rp. 276,52 trilyun dikurangi dengan Rp. 284,99 trilyun atau Defisit sebesar Rp. 8,47 trilyun saja.

Bagaimana dengan yang tercantum dalam Nota Keuangan yang menyertai RAPBN tahun 2015 ? Pada sisi Pengeluaran terdapat pos yang bernama “Subsidi Energi BBM dan LPG 3 kg.” sebesar Rp. 291,11 trilyun. Angka inilah yang selalu ditonjolkan sebagai pengeluaran tunai untuk memberi subsidi kepada pengguna bensin premium, sehingga APBN akan jebol.

Pada sisi Pemasukan terdapat pos “Pemasukan dari SDA” dengan rincian antara lain : Pajak Penghasilan Migas Rp. 82,91 trilyun, Pemasukan dari Minyak Bumi Rp. 156,35 trilyun dan Pemasukan dari Gas Alam Rp. 50,45 trilyun. Jumlah tiga pemasukan uang dari Migas tersebut sebesar Rp. 289,71. Kalau jumlah ini dikurangi dengan pos “Subsidi” sebesar Rp. 291,11 trilyun, hasilnya minus Rp. 1,4 trilyun. Namun tiga macam pemasukan tersebut tidak pernah disebut dan tidak pernah dikemukakan, sehingga kepada rakyat digambarkan bahwa pemerintah harus keluar uang sebesar Rp. 291,11 trilyun untuk “mensubsidi BBM”, sedangkan Pemerintah sendiri menulis dalm Nota Keuangan bahwa pengeluaran neto yang ada kaitannya dengan bensin premium dan LPG 3 kg. hanya Rp. 1,4 trlyun.

Harga yang pantas untuk rakyat

Dengan angka-angka tersebut tadi sekarang kita masuk pada pembahasan topik seminar hari ini, yaitu berapa harga bensin premium yang pantas untuk rakyat ?

Kita mengacu pada Nota Keuangan dalam RAPBN tahun 2015. Yang kita dengar dan baca yalah harga keekonomiannya. Berapa itu ? Harga bensin Pertamax sebesar Rp. 10.900 per liter, yang sudah dianggap tidak mengandung subsidi. Karena nyatanya bensin premium dijual dengan harga Rp. 6.500 per liter, untuk setiap liternya Pemerintah merugi sebesar Rp. 4.400 per liter. Ini yang disebut “subsidi” dan tercantum pada sisi Pengeluaran dalam Nota Keuangan RAPBN tahun 2015.

Buat saya dan para penggugat terhadap pasal 28 ayat (2) Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Migas , harga yang pantas untuk rakyat bukan harga keekonomian yang dibentuk oleh mekanisme pasar yang dikoordinasikan oleh NYMEX di New York. Harga yang pantas adalah harga yang didasarkan atas dasar tiga faktor, yaitu : Kepatutan (Kepantasan), Daya Beli Masyarakat dan Nilai Strategisnya. Kalau ditanya lagi berapa eksaknya dalam rupiah yang persis, jawabnya tidak ada. Harga yang pantas untuk rakyat adalah harga yang pantas, yang terjangkau oleh daya beli masyarakat dengan memperhitungkan dampak negatifnya karena bensin adalah komoditi yang strategis. Harga yang demikian ini bisa lebih rendah dan bisa lebih besar dari harga keeonomiannya. Telah saya kemukakan tadi bahwa harga bensin premium lebih rendah dibandingkan dengan harga keeonomiannya. Apakah harga yang Rp. 6.500 per liter itu harga yang pantas untuk rakyat ? Harganya harus ditentukan oleh para pemimpin bangsa yang diasumsikan sebagai orang-orang yang adil dan bijaksana. Pada tanggal 21 Oktober nanti Presiden kita disanjung sebagai Presiden yang pro rakyat, jujur, adil. Maka marilah kita dengarkan dan rasakan apakah harga yang akan ditentukan olehnya cocok dengan yang dirasakan oleh rakyat.

Harga yang pantas ditentukan oleh hikmat kebijaksanaan yang dicapai oleh permusyawaratan antara para pemimpin yang bijak dan adil.

Bukankah harga yang demikian akan merugikan negara luar biasa yang lantas membuat APBN kita jebol ? Seperti yang angka-angkanya saya kemukakan tadi sama sekali tidak kalau saja kita sengaja atau tidak sengaja tidak menutup mata terhadap kenyataan bahwa ada Pemasukan dari bensin premium dan LPG tabung 3 kg., yang demikian jelasnya tercantum pada sisi Pemasukan dari APBN.

Yang benar yalah bahwa yang tadinya kelebihan uang tunai sangat banyak, semakin lama semakin mengecil sampai mulai tahun 2014 defisit atau minus Rp. 8,47 trilyun, namun dalam RAPBN tahun 2015 defisitnya mengecil lagi menjadi Rp. 1,4 trilyun. Perkembangan yang demikian disebabkan oleh konsumsi yang semakin membesar dan lifting yang semakin mengecil, sedangkan energi alternatif tidak kunjung datang.

Untuk lengkapnya,
Tahun 2010 surplus Rp. 129,25 triyun
Tahun 2011 surplus Rp. 102,06 trilyun

Tahun 2012 surplus Rp. 77,41 trilyun

Tahun 2013 surplus Rp. 82,38 trilyun

Tahun 2014 (RAPBN) minus Rp. 8,47 trilyun
Tahun 2015 (RAPBN) minus Rp. 1,4 trilyun.

Banyak terima kasih atas perhatiannya.

Jika anda menyukai artikel ini, silahkan memberikan komentar atau berlangganan RSS feed untuk menyebarkan ke pembaca feed anda.

18 responses to "MENCARI HARGA BBM YANG PANTAS UNTUK RAKYAT INDONESIA"

  1. Musap September 29th, 2014 12:27 pm Balas

    Kok, tega banget ya bila ada yang merekayasa kebijakan perminyakan ke orang kecil. Apalagi kalo sampai semua rakyat yang dipermainkan. Sic!

    1. eko wiyono November 20th, 2014 12:33 pm Balas

      Sebenarnya pemasukan itu harus dihitung terutama dari sektor pertambangan,,, jika pemasukan tidak dihitung trus yang dihitung hanyalah pengeluaran saja tentu saja terlihat rugi….
      misalnya sebuah warung makan,,,pemasukannya dari pembeli. dan pengeluarannya dari belanja barang dan tenaga kerja
      akan tetapi jika yang dihitung hanya pengeluaran saja misalnya belanja beras dan lain-lain, penyusutan gedung, biaya tenaga kerja, dll
      maka yang ada hanyalah minus (-)
      akan tetapi jika pemasukan ikut dihitung maka akan kelihatan bahwa warung tersebut sehat atau engak, surplus atau minus, normal atau enggak, layak atau enggak..
      trims

  2. Alpha September 29th, 2014 14:55 pm Balas

    Saya setuju dengan ide harga Premium di sesuaikan kepada tiga faktor: Kepantasan, Daya beli masyarakat dan Nilai Strategisnya. Saya juga mau mengusulkan cara untuk mendapatkan harga premium yang ideal.

    Caranya adalah supaya harga ditentukan oleh pasar. Caranya, penjualan premium di lelangkan oleh negara kepada swasta. Tentu saja negara mendifinisikan range harga yang sesuai. Negara bisa mengatur harga dengan menaikan turun volume lelang. Soalnya harga premium tinggi juga akan menghambat laju ekonomi. Demikian juga jika harga terlalu rendah. Harga terlalu rendah bisa membuat inefficiency penggunaan BBM dan dampaknya yang buruk kepada lingkungan.

  3. cahyo September 30th, 2014 10:22 am Balas

    prof, mengapa terjadi perbedaan yang mencolok antara tahun 2013 (surplus) dan tahun 2014 (minus)? terima kasih sebelumnya

  4. gunawan September 30th, 2014 16:02 pm Balas

    Analisis Pak Kwik sangat jelas dan logis. Heran, kenapa tidak diadopsi oleh pemerintah. Bahkan Pak Jokowi juga akan menaikkan harga BBM November 2014 nanti sebesar Rp.3.000/liter. Sebaiknya Pak Jokowi berdiskusi dulu dengan Pak Kwik. Pak Jokowi kan pengusaha, sehingga mudah-mudahan lebih gampang memahami pemaparan Pak Kwik ini. Kalau tidak, yah Presiden tahun 2014-2019 yg merupakan presiden harapan kita bersama, akan melakukan kesalahan yang sama seperti presiden-presiden sebelumnya…. Sayang sekali.

  5. rahmat ulfriansyah Oktober 1st, 2014 10:37 am Balas

    amazing…thanks a lot Pak…

  6. pramagista Oktober 2nd, 2014 13:58 pm Balas

    terima kasih pak atas penjelasannya

  7. Bang Zaki Oktober 18th, 2014 10:15 am Balas

    Saya bangga negeri ini masih memiliki orang-orang seperti pak Kwik. Salam sukses pak Kwik. Semoga bapak diberikan kekuatan oleh tuhan YME untuk selalu mencerdaskan rakyat.

    Agak kaget juga jika pada kenyataannya selama ini ada manipulasi kebijakan BBM oleh pemerintah. Tapi yang aneh dan yang jadi pertanyaan, apakah dinegeri ini hanya pak Kwik seorang yang menyadari fakta manipulatif seperti itu ? Apakah tidak ada satupun pihak pemerintah yang tahu dengan fakta tsb ? Kemana aja para ekonom-ekonom “cerdas” kita ?

    Seandainya memang benar adanya, negeri ini memasuki krisis dan darurat moral para pejabat dan birokratnya. Tidak peduli mereka berpendidikan tinggi, sekelas professor dan sejenisnya. Perut lapar rakyat mereka jadikan alas kaki mereka sendiri..

  8. A S Manan Oktober 20th, 2014 11:17 am Balas

    Apa yang disampaikan pak KKG adalah bukti. Apa yang dimaksudkan oleh KKG adalah penipuan negara terhadap rakyat. Dan ini telah berlangsung sejak zaman orba. Semakin banyak orang tersadar akan hal ini semakin baik. Semoga.

  9. Ivan Oktober 31st, 2014 20:23 pm Balas

    Saya pengagum anda Pak Kwik. Orang spt anda seharusnya masuk jadi tim penasehat ekonominya Pak Jokowi. Apakah Anda masih menjadi kadernya PDIP?

    Persoalannya mungkin gak sesederhana itu (bagi saya yg awam, mohon dicerahkan)
    Pak Amad gak bisa menggarap kebun cabenya sendiri.
    Dia menyuruh orang lain yg menggarap, dimana ada perjanjian dgn buruh tani tersebut bhw, 1/2 kg dari cabe itu milik si tukang garap.

    berarti utk mencukupi kebutuhan sendiri Pak Amad terpaksa membeli 1/2 kg lagi ke pasar.

    Selain itu keluarga Pak Amad juga gak bisa menggiling cabenya sendiri terpaksa mengupah lagi cabenya ke pasar agar menjadi cabe giling.

    Di luar itu ternyata salah satu dari pembantu Pak Amad berbuat curang. Dia scr diam2 memetik cabe yg kemudian di jual ke pasar untuk keuntungan pribadinya.

    Kalo seperti ini gimana logikanya Pak Kwik?

    Pertanyaan lain:
    1. Kalo seperti Pak Kwik bilang bhw kita bisa menetapkan harga sendiri tidak tergantung US, apakah kita juga bisa menetapkan harga sendiri untuk barang tambang lainnya contoh: emas?
    2. Apakah kita bisa juga mencetak uang sebanyak2nya terserah berapa kita mau. Toh uang itu kita yg cetak sendiri, kita yang pake sendiri?

  10. Rizki November 2nd, 2014 17:36 pm Balas

    tulisan & analisa yg sgt menarik & logis dr pak Kwik. sungguh miris kalau memang benar spt itu, tapi saya tidak mau jadi pesimis. saya tetap yakin bahwa Indonesia & rakyat nya akan sejahtera (sejahtera berarti ga menderita lagi)

    :D salam sejahtera pak Kwik Kian Gie
    terima kasih atas pencerahannya

  11. Gatot Aristo November 4th, 2014 08:03 am Balas

    Sebenarnya pemerintah ingin dapat uang tambahan untuk membangun. Cuma caranya koq hrs mengorbankan rakyat?Menjual BBM dengan harga internasional, tp penghasilan rakyat yg tradisional. Benar2 pemerintahan “jago kandang”. Apa bedanya dengan penjajah? Mungkin lbh baik penjajah, krn mereka masih mau membangun infrastruktur yang baik dan berkualitas, serta pelayanan publik yang baik. Ampun deh.

  12. MENCARI HARGA BBM YANG PANTAS UNTUK RAKYAT INDONESIA | Axz Savyasachi November 9th, 2014 10:57 am Balas

    […] Sumber […]

  13. Rifal November 18th, 2014 15:34 pm Balas

    kl sy punya ilustrasi seperti ini
    Kl misal sy punya toko keuntungan sehari 1jt, trus karena barang2 yg sy jual d toko naek, karena saya takut pelanggan protes, maka saya tahan harga jual barang sy dengan resiko keuntungan rata2 harian menurun.
    dan benar saja setiap bulan keuntungan harian rata2 menurun dari dr 1jt, 800rb, 700 rb sampe lama kelamaan keuntungan rata2 perhari tinggal 10% dr keuntungan rata2 harian semula yaitu 100rb.

    kira2 dengan keadaan seperti itu sudah pantaskah saya menaikkan harga jual barang2 d toko saya?????

  14. Menghemat Tanpa Menaikkan: Simulasi Perhitungan BBM (Bagian-3 selesai) « Indoprogress November 20th, 2014 08:01 am Balas

    […] Gie, kwik kian, mencari harga BBM yang pantas untuk rakyat Indonesia, 24 September 2014, diakses dari http://kwikkiangie.com/v1/2014/09/seminar-sehari-tanggal-24-september-2014-di-kwik-kian-gie-school-o… […]

  15. Muhammad Hakim Desember 21st, 2014 19:50 pm Balas

    Contoh kasus Pak Amad di atas:
    kalau dari modifikasi yang diberikan saudara Ivan, jika harga cabe tetap Rp 15.000 tentu saja Pak Amad harus memberi subsidi kepada keluarganya. Tapi bagaimana kalau harga cabe turun hingga Rp 4.000? Sementara keluarganya tetap memberi uang Rp 5.000. Apakah masih bisa dikatakan pak Amad memberi subsidi kepada keluarganya?

    Sedangkan contoh dari saudara Rifal, betul juga, tapi itu kalau harga barang naik terus. Bagaimana kalau harga turun? Tidak mungkinkah keuntungan bisa lebih dari 1 juta?

  16. Hamdani Februari 21st, 2015 23:02 pm Balas

    Penjelasan ini sangat berguna dan menambah pengetahuan
    Tahun 2010 surplus Rp. 129,25 triyun
    Tahun 2011 surplus Rp. 102,06 trilyun

    Tahun 2012 surplus Rp. 77,41 trilyun

    Tahun 2013 surplus Rp. 82,38 trilyun

    Tahun 2014 (RAPBN) minus Rp. 8,47 trilyun
    Tahun 2015 (RAPBN) minus Rp. 1,4 trilyun.

  17. Profil Artis September 22nd, 2016 23:31 pm Balas

    Indonesia oh indonesia

Leave a Reply