Proses Terjajahnya Kembali Indonesia Sejak Bulan November 1967 (Artikel 1)
PENGANTAR
Boleh dikatakan bahwa secara menyeluruh, rakyat dan para pemimpin masyarakat berpendapat dan merasakan bahwa setelah 63 tahun merdeka, kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara kita mengalami kemerosotan yang parah.
Maka untuk bahan perenungan apakah demikian kondisinya, kami menyajikan kondisi dari 8 tonggak yang paling fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk ditanyakan kepada diri sendiri, apakah dalam 8 aspek terpenting ini, kita mengalami kemajuan atau kemerosotan?
Landasan Teori Tentang Nasionalisme Dalam Globalisasi – Indonesia Sudah Dihabisi Sejak November 1967 (Artikel4)
Robert Reich
Sejak lama sudah ada banyak ilmuwan yang memperingatkan bahwa kita hendaknya tidak terlampau fanatik dan keblinger tentang globalisasi yang dikaitkan dengan borderless world dan liberalisme mutlak.
Robert Reich adalah guru besar pada Harvard University dan pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dalam Kabinet Presiden Clinton. Dia menulis buku dengan judul “The Works of Nations”.
Nasionalisme Kontemporer Di Amerika Serikat (Artikel3)
Liputan utama majalah The Economist tanggal 8 Desember 2007 dengan judul “The End of Cheap Food” memberitakan bahwa Pemerintah AS memberi subsidi luar biasa besarnya kepada petani jagung yang dijadikan bahan bakar. Tidak peduli bahwa yield energi dari jagung rendah, dan tidak peduli bahwa karena itu jagung sebagai bahan pangan kekurangan di dunia. Satu kali mengisi tangki mobil jenis SUV penuh sama dengan memenuhi kebutuhan jagung satu orang selama satu tahun. 30 juta ton jagung yang sudah dijadikan ethanol sama dengan penurunan stok jagung dunia dengan separuh.
Pemerintah Melanggar Konstitusi Dalam Kebijakannya Menaikkan Harga BBM (Artikel 3 Pelengkap)
Mahkamah Konstitusi RI (MK) telah menguji Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, apakah isinya bertentangan dengan Undang-Undang Dasar kita. Baca Selengkapnya …
Kebijakan Harga BBM Bertentangan Dengan Konstitusi Dan Sarat Dengan Penyesatan (Artikel2)
Mahkamah Konstitusi RI (MK) telah menguji Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, apakah isinya bertentangan dengan Undang-Undang Dasar kita.
Vonisnya ditetapkan dalam Rapat Permusyawaratan 9 (sembilan) Hakim Konstitusi pada hari Rabu, tanggal 15 Desember 2004, dan dituangkan dalam PUTUSAN Perkara Nomor 002/PUU-I/2003. Baca Selengkapnya …
Istilah Subsidi BBM Menyesatkan. Mengapa Dipakai Untuk Menaikkan Harga Lagi?? (Artikel 1)
Dalam tulisan ini saya membuat beberapa kalkulasi tentang jumlah uang yang masuk karena penjualan BBM dan uang yang harus dikeluarkan untuk memproduksi dan mengadakannya. Hasilnya pemerintah kelebihan uang. Mengapa dikatakan pemerintah harus mengeluarkan uang untuk memberi subsidi, sehingga APBN-nya jebol. Dan karena itu harus menaikkan harga BBM yang sudah pasti akan lebih menyengsarakan rakyat lagi setelah kenaikan luar biasa di tahun 2005 sebesar 126%.
Mari kita segera saja melakukan kalkulasinya. Baca Selengkapnya …
Nasionalisme Sudah Mati, Kuno dan Katak Dalam Tempurung? (Artikel 2)
Hari ini kita berbicara tentang “membangun kekuatan nasional untuk kemandirian bangsa.” Membangun kekuatan nasional untuk kemandirian bangsa tidak dapat dilepaskan dari semangat nasionalisme. Pengertian nasionalisme itu memang dipertanyakan dalam dunia yang sedang dalam arus besar globalisasi. Banyak kaum teknokrat kita yang mempertanyakan apakah nasionalisme masih relevan sekarang ini?
Bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya? Baca Selengkapnya …
100 Tahun Kebangkitan Nasional (Artikel 1)
Benarkah negara bangsa kita justru terpuruk 100 tahun setelah dicanangkannya kebangkitan nasional?
Berbeda dengan kebiasaan, saya mulai dengan suasana batin dari hampir semua anak bangsa yang peduli, bahwa negara bangsa kita sedang terpuruk pada tahapan yang mendekati titik nadir. Baca Selengkapnya …
Stabilitas Sosial Politik (Artikel 4)
Sejak awal Pak Harto mencanangkan landasan dan tonggak-tonggak kebijakannya yang sangat tegas, padat dan memang merupakan pondasi yang kokoh, yaitu Trilogi Pembangunan.
Salah satu pondasi, dan menurut saya yang terpenting adalah Stabilitas Sosial Politik. Tanpa ketenangan dan kepastian tidak mungkin kita merencanakan dan melakukan apapun.
Namun stabilitas sosial politik saja adalah bangunan kokoh yang belum ada isinya. Karena itu, rumah yang kokoh ini bisa diisi dengan hal-hal yang busuk. Saya khawatir bahwa sejarah akan mencatat era Orde Baru sebagai kehidupan negara bangsa kita yang berlangsung dalam rumah yang kokoh, tetapi kehidupan bernegara dan berbangsa berlangsung dengan menanamkan benih-benih yang sekarang secara sepenuhnya menjadi malapetaka yang membuat kehidupan kita bagaikan tanpa arah, tanpa moral, chaos dan anarki. Baca Selengkapnya …
Utang Luar Negeri Sebagai Alat Pengendali Menuju Pada Liberalisasi Ekstrem (Artikel 3)
Baik John Pilger maupun John Perkins mengemukakan bahwa instrumen terpenting dari kekuatan penjajahan baru adalah penggerojokan utang, seperti yang dapat kita baca dari uraian-uraiannya yang saya kutip di atas.
Untuk itu para teknokrat yang duduk dalam pemerintahan telah berhasil diindoktrinasi dengan dalil-dalil yang sangat tidak lazim dan sangat tidak masuk akal. Selama Orde Baru kebijakan pembangunan didasarkan atas dalil bahwa anggaran pembangunan dari APBN harus sepenuhnya dibiayai dari utang luar negeri yang dsediakan oleh IGII/CGI.
Kemudian utang luar negeri ini dalam APBN disebut pos “Pemasukan Pembangunan” (bukan utang), sehingga APBN yang jelas-jelas defisit disebut berimbang.