'

Kategori

Follow Us!

Nasionalisme Kontemporer Di Amerika Serikat (Artikel3)

Liputan utama majalah The Economist tanggal 8 Desember 2007 dengan judul “The End of Cheap Food” memberitakan bahwa Pemerintah AS memberi subsidi luar biasa besarnya kepada petani jagung yang dijadikan bahan bakar. Tidak peduli bahwa yield energi dari jagung rendah, dan tidak peduli bahwa karena itu jagung sebagai bahan pangan kekurangan di dunia. Satu kali mengisi tangki mobil jenis SUV penuh sama dengan memenuhi kebutuhan jagung satu orang selama satu tahun. 30 juta ton jagung yang sudah dijadikan ethanol sama dengan penurunan stok jagung dunia dengan separuh.

Nasionalisme Sudah Mati, Kuno dan Katak Dalam Tempurung? (Artikel 2)

Hari ini kita berbicara tentang “membangun kekuatan nasional untuk kemandirian bangsa.” Membangun kekuatan nasional untuk kemandirian bangsa tidak dapat dilepaskan dari semangat nasionalisme. Pengertian nasionalisme itu memang dipertanyakan dalam dunia yang sedang dalam arus besar globalisasi. Banyak kaum teknokrat kita yang mempertanyakan apakah nasionalisme masih relevan sekarang ini?

Bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya?

100 Tahun Kebangkitan Nasional (Artikel 1)

Benarkah negara bangsa kita justru terpuruk 100 tahun setelah dicanangkannya kebangkitan nasional?

Berbeda dengan kebiasaan, saya mulai dengan suasana batin dari hampir semua anak bangsa yang peduli, bahwa negara bangsa kita sedang terpuruk pada tahapan yang mendekati titik nadir.

Demokrasi yang Crazy – Perbincangan Antara Djadjang dan Mamad

Setiap kali media massa gaduh tentang suatu hal, Djadjang dan Mamad selalu terlibat dalam perbincangan yang seru, karena keduanya sama tinggi IQ-nya, namun berbeda dalam pengalaman hidupnya. Mereka bersahabat sangat karib sampai dengan SMU. Setelah itu Djadjang belajar di universitas dan menjadi guru besar dalam ilmu politik. Mamad menjadi pekerja sosial di tengah-tengah rakyat jelata. Namun dengan bekalnya dari SMU, dia rajin membaca dan mengamati kehidupan politik yang nyata. Dia sering nongkrong di panggung publik DPR. Tidak demikian dengan Prof. Djadjang. Dia hanya membaca buku dan mengkuliahkan yang dibacanya.

Sejak tahun 2002 media massa kita gegap gempita dengan pemberitaan dan opini serta analisis tentang rebutan menjadi Presiden RI, Gubernur, Walikota dan Bupati. Selanjutnya akan dibahas tentang pemilihan langsung Presiden saja, tetapi esensinya adalah pemilihan langsung yang membuat banyak elit Indonesia menjadi aneh perilakunya.

Laksamana Sebagai Tersangka: Politisasi, Kebijakan, Kelalaian, Pembantu, Pemimpin atau Faktor X?

Dinyatakannya Laksamana Sukardi sebagai tersangka korupsi dalam penjualan Very Large Crude Carrier (VLCC) menarik perhatian yang lebih besar dan lebih intensif dibandingkan dengan kasus-kasus penyidikan korupsi lainnya.

Kecuali dari media massa, perhatian yang lebih besar juga datang dari masyarakat luas. Banyak faktor yang membuat masalah ini menjadi pembicaraan yang ramai di mana-mana dan membuatnya istimewa.

Rebutan Jadi Presiden Dengan Tujuan Apa?

Sejak tahun 2002 dunia politik kita sangat gaduh dengan perjuangan beberapa tokoh menjadi Presiden RI melalui pemilu langsung. Demikian juga dengan pemilihan Gubernur, Walikota, Bupati dan Camat. Untuk menjadi Presiden beberapa calon bersedia mengeluarkan uang sampai ratusan milyar rupiah. Pertanyaannya uang diperoleh dari mana? Banyak sekali argumentasi dikemukakan. Yang diyakini oleh banyak orang dana sangat besar itu diperoleh dari pengusaha yang bersedia memberikannya dengan motif dagang, yaitu apabila berhasil, kepadanya harus diberikan fasilitas dan bahkan dijadikan Menteri dengan kekuasaan yang bisa dipakai untuk memperkaya diri secara sewenang-wenang.