'

Kategori

Follow Us!

Lonceng Tanda Bahaya Penurunan Ekonomi Indonesia Telah Berdentang Keras

Ditulis oleh: Anthony Budiawan
Rektor – Kwik Kian Gie School of Business (Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie)

Ekonomi Indonesia masih terus mengalami tekanan. Neraca perdagangan pada bulan Mei 2013 membukukan defisit sebesar 590 juta dolar AS, sehingga total defisit selama 5 bulan pertama tahun 2013 menjadi 2,53 miliar dolar AS. Defisit ini meningkat dari sebulan sebelumnya (Januari – April 2013) yang sebesar Rp 1,94 miliar dolar AS. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012, neraca perdagangan  kita jauh terpuruk. Untuk periode Januari – Mei 2012, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,80 miliar dolar AS. Bahkan selama 5 bulan pertama tahun 2011 surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 11,72 miliar dolar AS.

Dari grafik di bawah ini terlihat jelas bahwa neraca perdagangan Indonesia sejak tahun 2011 mengalami penurunan berkelanjutan.

Apabila trend defisit ini berlanjut, maka dapat dipastikan perekonomian Indonesia akan memasuki masa sulit.    Terutama apabila defisit neraca perdagangan ini juga diiringi dengan defisit neraca finansial, sehingga dapat membuat nilai rupiah terdepresiasi, bahkan dapat di bawah Rp 12.000 per dolar AS.

Kombinasi depresiasi nilai rupiah dan kenaikan harga BBM baru-baru ini akan mengakibatkan inflasi tinggi, dan membuat pertumbuhan ekonomi kita tertekan. Beberapa hari yang lalu, Bank Dunia menurunkan prediksi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6,3% menjadi menjadi 5,9%. Saya rasa, revisi prediksi ini masih terlalu optimis. Indonesia boleh bersyukur apabila tahun ini dapat bertumbuh 5%. Apabila pertumbuhan investasi tahun ini di bawah tahun lalu, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi kita tahun 2013 akan di bawah 5%, antara 4% – 5%.

———–

follow twitter: @AnthonyBudiawan

 

Jika anda menyukai artikel ini, silahkan memberikan komentar atau berlangganan RSS feed untuk menyebarkan ke pembaca feed anda.

There are no responses so far

Leave a Reply